Laman

Senin, 13 Januari 2014

Eksplorasi Gua Lakasa

TKP  : Lakasa Cave at Baubau City
TIM : Laode Aldiansyah (pribumi), Eko (geologist) & Amin (turis lokal :P)

Akhirnya, kecoret juga salah satu mimpi yang ada di kolom secamilanik. Yup, sesuai judulnya, eksplorasi gua lakasa. Agak terlambat sebenarnya, mengingat usia saya yang hampir mendekati seperempat abad, saya habiskan di bumi aspal ini, tapi baru ditahun ini menyempatkan diri di gua yang terkenal akan kristal putihnya itu. Gak salah juga sebenarnya, karena gua ini baru-baru (mungkin 5-6 tahun yang lalu CMIIW) ditemukan & dipublikasikan  ke khalayak ramai sebagai salah satu objek wisata. Alkisah, penemunya bernama bapak La Kasa, makanya gua ini diberi nama "Lakasa".  Untungnya bukan saya yang temukan, karna agak aneh jika namanya gua laamin atau gua lamadan atau gua laradil,, haha,, tidak lucu.

Kami melakukan eksplorasi dadakan, minggu lalu,  tepatnya hari Kamis, tanggal 9 Januari 2014. Start point, dirumah sodara Eko yang ada di perintis (CMIIW)..  Berangkat ba'da dzuhur naik motor bebek. Saya boncengan dengan Eko & saudara pribumi La Aldi bawa motor sendiri di depan,, secara dia guide kami hari itu. Untuk sampai ke TKP,, tidak lah membutuhkan waktu yang lama, sekitar 15 menit. Cuma saat itu, kami membawa motor dengan pelan sembari menikmati pemandangan sekitar dan angin sepoi-sepoi. Sempat juga singgah di kios depan kampus terkenal di kota ini untuk membeli beberapa batang lilin guna penerangan di dalam gua nanti. Sedikit info mungkin, kampus yang saya ceritakan tadi letaknya berhadapan dengan bandara Betoambari. Gua Lakasa terletak diantara bandara & pantai nirwana,, pantai pasir putih di kota ini. Jadi, para turis seperti saya :P, dari bandara bisa langsung ke objek wisata gua sekaligus ke pantai nirwana. Karna satu jalur. Keren toh..;)

Setibanya di lokasi, kami sempat shock gara-gara pagar depan yang menjadi pintu masuk kawasan di ikat pake tali alias tutup. Pagarnya sih pendek, kami bisa saja lompat menerobos masuk, tapi kami masih punya etika untuk menahan diri agar tidak masuk sembarangan. Di kawasan ini kurang lebih 20 meter dari pintu masuk berdiri sebuah pondok bambu kecil. Kunon kabarnya, si pengurus kawasan wisata dalam hal ini bapak Lakasa, hidup dan tinggal di pondok itu. Kami pun berteriak-teriak mengucapkan salam dengan harapan si bapak keluar dari pondok dan mempersilahkan kami masuk. Sayangnya, tidak ada jawaban. Suasana tetap hening. Ucapan salam kembali kami teriakan tapi hasilnya tetap nihil. Sempat juga ingin menelepon Contact Person yang tertera di papan nama wisata Gua, sayang tidak ada sinyal **3 disekitar lokasi, sementera tiga pemuda yang baik hati dan ingin berpetualangan ini  menggunakan kartu yang sama, ya kartu **3. Akhirnya, dengan berat hati, kami memutuskan untuk masuk saja  [R.I.P >> etika] berharap si bapak ada di pondoknya. Ternyata eh ternyata pintu pondoknya tergembok alias si bapak lagi pergi keluar. Kerana (logat malaysia) terlanjur masuk sarang singa,, kami memutuskan untuk lanjutkan proyek eksplorasi Gua Lakasa tanpa seizin pihak yang berwenang.. I.LE.G.A.L… Hahaha..*ketawa ala-ala penjahat

Letak gua dari pondok sekitar 15 meter mungkin. Ada jalanan yang dibuat berupa tangga-tangga menuju ke mulut gua. Menurut pengakuan pribumi, gua ini sudah direnovasi, terlihat dari tangga buatan yang ada dimulut gua, juga lampu-lampu yang dipasangi dari luar sampai dalam gua. Karena kami masuknya ilegal, otomatis fasilitas lampu dalam keadaan padam alias tidak menyala. Kami harus sebisa mungkin memanfaatkan secara bijak instrumen penerangan yang telah disiapkan dari rumah. Ada senter kecil (bolehlah), senter korek gas (bisakah?), senter hp nokia zaman ember (whatthefuck!!! ), dan beberapa lilin. Dengan peralatan seadanya itu & ditambah semangat petualangan yang mengalir didalam darah, kami memberanikan diri untuk masuk. Saya sendiri merapal doa dalam hati, memohon pada Gusti Allah SWT, untuk melancarkan petualangan & melindungi kami saat didalam kelak.

Namanya saja gua, tentu saja medan didalamnya bisa membuat adrenalin berpacu dengan cepat. Secara umum, saya bisa gambarkan kondisin didalam adanya itu ya, gelap pekat, medan yang curam, sempit juga licin akibat hujan beberapa hari belakangan, Senter hp yang saya pegang, tidak cukup membantu dalam gelapnya gua. Jarak pandang cuma satu meter mungkin ditambah mata minus yang mendera kedua mataku. Untuknya sandal yang saya pake, sandal gunung yang cukup bisa diandalkan  dipijakan yang licin, karena salah pijak kita bisa terperosok dalam lubang yang dipenuhi oleh stalagmit. Kepala pun harus dijaga ekstra hati-hati, karena stalaktit yang memenuhi langit-langit gua yang sempit, cukup tajam untuk menyobek batok kepala kita. Ngerihh.. Sempat senter yang saya pegang jatuh, karena kedua tangan saya harus memegang erat tonjolan batu saat berada di salah satu medan yang curam. Intinya,, cukup berat bagi pemula seperti saya.

Namun semua terbayarkan ketika tiba dilokasi batuan kristal.
Crystals everywhere,,
up, down, left, right, beside  & behind is criystal..
Everywhere…
Batuan kristalnya begitu banyak. Semua sudut gua dipenuhi oleh kristal yang mengkilap. Langit-langit gua pun menyerupai gumpalan awan saking putihnya kristal disini. Tanpa berlama-lama, sesi foto pun dimulai. Mulai dari yang cool sampai narsis,, semua sudut gua diambil gambarnya.. Objek hidup yang ada pun harus diambil gambarnya berulang-ulang, padahal tidak menarik,  muka kucel,  tangan & kaki penuh dengan bercak tanah, & badan basah bersimbah keringat.. Hahaha,, kapan lagi.. Sayangnya, geologist kita kurang mempersiapkan kameranya dalam keadaan full baterai,, belum sepuluh menit si kamera sudah sekarat & lowbed. Sudahlah,, sembari istrahat, kami melihat-lihat kristal yang luar biasa cantik ini.  Saya sendiri tidak henti-hentinya ternganga, kagum, terpesona melihat ciptaan Tuhan yang satu ini. It's so beautiful.

Namun dibalik keindahah itu, ada beberapa hal yang patut saya sesalkan. Jika diperhatikan dengan seksama, dibeberapa bagian dinding gua, terlihat bekas cungkilan palu.  Ada jug potongan-potongan  kristal yang berserakan didasar gua. Semua itu disebabkan oleh ulah tangan-tangan manusia jahil yang tidak bertanggung jawab. Tak punya otak. Padahal, kata sang geologist, kristal ini termasuk jenis langka, mungkin satu-satunya yang baru ditemukan (mungkin ada yang lain tapi belum terekspos), & terbentuknya bukan sehari dua hari, bukan pula setahun dua tahun, tapi ribuan bahkan jutaan tahun. Jadi, sudah selayaknya kita generasi sekarang untuk menjaga kelestarian objek wisata kristal ini. Agar kelak anak cucu kita bisa menikmatinya juga. 

= Kalau bukan kita yang jaga, siapa lagi =
----------------------------------------------------------------------
Berikut sedikit dokumentasi dalam eksplorasi Gua Lakasa 

Foto kristal yang diambil jarak dekat

Medan yang ditempuh, stagtit & stalaktit dimana-mana

Eko, geologist sekaligus tukang foto

Laode Aldiansyah, pribumi yang jadi guide :P

Amin, turis lokal, gak jelas apa dia bikin

Langit-langit gua yang penuh dengan kristal

Criystals everywhere,,,,



2 komentar:

Komennya dulu ee...