Laman

Rabu, 08 Januari 2014

Menjadi Pendengar

Tak perlu kecewa tidak lulus PNS, 
orang Cina saja bisa hidup tanpa jadi PNS, 
malah mereka lebih kaya dari pada PNS 
=bibi saya=

Sepulang dari ATM di kota, saya menyempatkan diri untuk menjenguk sepupu saya yang mengurung diri di kamar pasca kecelakaan motor yang dialaminya. Seperti biasa, sepupu saya itu lagi asyik didepan laptopnya berselancar di dunia maya sembari mengunduh anime guna melengkapkan koleksinya yang sudah full beberapa hardisk. Belum lama saya dikamarnya, saya dipanggil oleh bibi saya yang satu lagi, yang datang dengan memegang parang. 
"Lihat kita ini, pagi-pagi sudah pegang parang membersihkan rumput," sindir bibi saya. 
Saya hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya.  Rasanya seperti ditampar mengingat usia saya yang masih dibilang muda & hanya bisa menghabiskan waktu jjtj (jalan-jalan tidak jelas) sementara ditempat lain bibi saya yang sudah kepala lima itu bercucuran keringat membabat rumput liar disekitar rumah.

Singkat cerita, kami pun duduk-duduk diteras depan sembari ngobrol-ngobrol tentang pekerjaan dan masa depan. Awalnya kami membahas tentang pengumuman tes PNS yang baru-baru saja keluar. Dan hampir 99% anak-anak dari kampung kami, tidak ada yang lolos, termasuk saya :D. Banyak yang risau, banyak pula yang kecewa. Dari situlah keluar kata-kata emas beliau yang sempat saya save di memori otak saya,, "Tak perlu kecewa tidak lulus PNS, orang Cina saja bisa hidup tanpa jadi PNS, malah mereka lebih kaya dari pada PNS".

Lalu pembahasan berikutnya, topik wiraswasta alias enterpeurnership pun mengalir. Saya akui dengan jempol  empat (kalau bisa lima), bagaimana bibi saya ini membuat perencanaan  tentang  wirausaha yang peluangnya bagus dan tak pernah terpikirkan oleh saya. Itu yang membuat saya geleng-geleng kepala, kagum. Salah satunya adalah membuat studio foto dimana kameramennya adalah anak beliau yang juga spupu saya (ya iyalah), lalu saya dibagian editing photo, keluarga yang akan jadi pelanggan pertama, maklum masih banyak yang single :P. Lalu rencana lain tentang  membuat gedung serba guna buat keperluan acara resepsi perkawinan ataupun perjamuan. Semua anggota keluarga dilibatkan, mulai dari kepengurusan, dokumentasi & publikasi, mobil pengantin, dekorasi sampai dengan catering.  Luar biasaa..

Beliau pun bercerita tentang pengalaman semasa kecilnya, tentang kerasnya kehidupannya dulu. Katanya ia harus berjuang hidup dengan cara menjual ikan keliling-keling kampung. Begitu pula dengan saudar-saudaranya yang lain. "Dibandingkan dengan dulu, anak-anak sekarang sangatlah manja & malu berjualan," katanya lagi. Saya pun hanya bisa mengiyakan, setuju dengan statement beliau. 

Akhir-akhir ini saya sangat suka bahkan mendekati kondisi "hobi", ketika mendengar orang lain bercerita. Cerita bapak  seputar sejarah Buton. Pengalaman paman  ketika melakukan tes PNS zaman ember yang ketatnya selevel tes perusahaan BUMN sekarang. Cerita & mimpi bibi membuka usaha. Cerita suka duka teman SMA yang kuliah di luar daerah.  Guyonan senior tentang  tingkah jahil sekelompok anak muda diperantauan yang berujung pada insiden lucu. Juga dakwah singkat dari seorang bapak (wajahnya mirip Dahlan Iskan) yang pergi menjelajah Indonesia bersama istri dan anaknya. Juga cerita-cerita lainnya yang begitu menginspirati tapi sulit saya ceritakan kembali. Jujur, saya senang menggali lebih dalam pengalaman yang mereka ceritakan, sembari melihat ekspresi wajah yang sulit saya gambarkan. Bakat jurnalistiku sepertinya keluar disitu. Tapi, itu menyenangkan. Terkadang saya mengangguk, tertawa ketika ada guyonan & sedih ketika ada duka terselip dalam cerita itu. Dan itu alami saya rasakan.  Intinya banyak pelajaran hidup yang bisa kita petik dari cerita orang lain.

Ah,, saya masih buruk dalam hal menutup sebuah tulisan. Harus banyak belajar lagi  pada blogger-blogger yang lebih berpengalaman (cc: madanosin). Sudahlah. Sampai jumpa.

4 komentar:

  1. Komen kedua dan akan banyak komen2 lainnya. hehehe :)
    Saya juga bro masih belum bagus dalam hal menutup tulisan. tetapi saya selalu yakin dengan pepatah ala bisa karena biasa. semakin sering menulis, lama-lama bakalan bisa juga kok dengan sendirinya. :)
    Oh iya bro. bagus juga itu ide bisnisnya, klo bahasa kerennya sih WO (Wedding orgnizer), saya siap jadi satpamnya. hehehe.
    Bro, tentang bakat jurnalistik kayaknya bagus kalau sekali2 kita keliling baubau, cari bahan bareng, gimana ? Akhir pekan ini Insya Allah saya sudah di Baubaumi.

    BalasHapus
  2. oke, masbro,, sy tunggu kedatangannya,,
    btw, hari ini saya eksplor gua lakasa bersama La Eko & La Aldi,, Ceritanya & foto2 akan diupload dipostingan berikut :)

    BalasHapus
  3. Mantap.....!!! nanti kita diskusikan lah. Adi n kawan2 tgl 13 atau 15 menyusul. :)

    BalasHapus

Komennya dulu ee...