Laman

Rabu, 01 Januari 2014

Kondom & Antivirus

Ada beberapa produk flashdisc (FD) yang saat ini dilengkapi dengan anti virus. Efektifkah? Saya kira tidak. Pada akhirnya ketika FD ini terpapar dengan komputer (biasanya diwarnet) yang memiliki segudang virus, akan terkena virus juga. Jadi, solusinya? Bersihkan komputernya dong! Dan tentu saja jangan mencolokkan FD ke komputer yang nyata-nyata bervirus. Halusnya, kita harus jeli, PC mana yang bersih yang bisa kita colokkan FD kita.
Analogi anti virus itu bisa dibawa pada kasus bagi-bagi kondom gratis. Kondom  gratis tidak akan jadi solusi jika si pengguna sering terpapar resiko HIV/AIDS. Misalnya gonta-ganti pasangan, pemakaian jarum suntik bersama, dan berbagai macam kegiatan yang berisiko. Jadi, bagi-bagi kondom gratis gak ada guna dong?! Tentu saja ada, tapi sangat kecil. Malah lebih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya. Kenapa bisa? Taruhlah bagi kondom sepuluh biji per orang. Artinya resiko penularan melalui hubungan badan berstatus "aman" untuk 10 kali aktifitas sex. Setelah habis, kembali berisiko kecuali dia membeli lagi kondom. Mudaratnya apa? Generasi muda yang sebelumnya enggan membeli kondom, kini menjadi berani atau tidak segan lagi membeli kondom di supermarket atau apotek-apotek terdekat. Toh, menteri saja melegalkan pembagian kondom itu sendiri. Imbasnya, freesex mewabah dan tentunya resiko HIV/AIDS juga akan meningkat.

Jadi titik solusi pencegahan bukannya pada kondomnya. Tapi individu yang berisiko juga masyarakat yang non resiko. Misalkan, para PSK yang sudah terindikasi kena HIV sebaiknya dipensiun-dinikan. Suami-suami/ ibu-ibu yang sudah HIV positif diberikan penyuluhan intensif tentang pentingnya untuk menjaga pasangan dari kemungkinan terjangkit HIV. Masyarakat juga harus seringkali diberikan pemahaman tentang betapa berbahayanya HIV/AIDS, juga diberikan penjelasan tentang proses penularan dan bagaimana cara pencegahannya.

Baubau, 1 Desember 2013 |Dikamar mendengus kesal liat beriti di Tivi