Laman

Jumat, 18 Agustus 2017

Kucing & Masa Laluku


DISCLAIMER ; TULISAN INI BERSIFAT OPINI PRIBADI TANPA BERMAKSUD MENYINGGUNG PIHAK MANAPUN. APABILA ADA KESAMAAN TOKOH YANG TERTUANG DALAM TULISAN INI, MOHON DIMAAFKAN. KARENA MEMAAFKAN JAUH LEBIH BIJAK DARIPADA MEMINTA MAAF. 0x0

KUCING. Sewaktu kecil saya sering ditugaskan untuk membuang kucing. Bukannya jahat, tapi keputusan tersebut diambil jika kelakuan si kucing diluar perikemanusiaan dan perikeadilan. Misalkan, boker di sofa ruang tamu tiga kali berturut-turut. Mama saya hampir menangis kalau melihat eek si kucing menumpuk di salah satu sudut sofa. Itu kalau kucingnya nakal. Untuk kucing yang baik hati, sopan dan tidak boker disembarang tempat, mendapatkan perlakuan yang berbeda. Tidak hanya diberi makan tapi juga diberi kasih sayang. Bahkan ada beberapa yang diberi kebebasan untuk membina rumah tangga dan memiliki keturunan. Untuk poin terakhir ini, kami melakukan pembatasan untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk ditingkatan hewan karnivora ini. Secara umum kucing bisa melahirkan sampai dengan 100 keturunan seumur hidup, dimana rata-rata jumlah anak yang dilahirkan berkisar 1 - 8 ekor. Biasanya kucing dirumah saya disarankan untuk melahirkan 3-4 ekor bayi. Dan mereka pun mengerti. Toh saat itu zaman dimana upah masih berbentuk butir-butir beras bukannya rupiah. Sehingga jumlah kepala dalam rumah akan mempengaruhi porsi piring saat bersantap. Saya harap Anda semua bisa mengerti posisiku saat itu.

Kembali ke kasus pembuangan kucing. Saya menggunakan cara-cara yang manusiawi dalam proses tersebut. Pertama-tama sediakan umpan untuk mengecoh target datang ke lokasi penjebakan. Umpan biasa berupa nasi campur kaholeo. Saat target memakan umpan, diamkan beberapa menit hingga semua umpan habis dilahap. Tangkap si kucing dengan sekuat tenaga. Masukan ke dalam karung beras goni. Ikat. Lalu bawa ketempat-tempat baru yang memiliki makanan melimpah juga fasilitas yang memadai buat si kucing. Pastikan untuk lokasi pembuangan harus disurvey telebih dahulu sehingga kucing merasa aman, nyaman dan tentram ditempat yang baru.

Nama latin kucing adalah felis catus. Cukup gampang untuk diingat. Bayangkan saja tokoh kartun Felix sedang main Catur. Dan jadilah felis catus. Ada banyak jenis kucing di muka bumi ini. Jenis kucing yang ada dirumah saya tak teridentifikasi. Yang cukup melekat dimemori adalah kucing Angora dan Sphynx. Kucing Angora, kucing yang cukup mahal ini memiliki nama lengkap Turkish Angora karena berasal dari negara Turki. Lalu kucing Sphynx atau Canadian Hairless adalah kucing yang tak memiliki bulu, limited edition, kalau di Indonesia yang punya komik Raditya Dika. Kalau kucing Rasulullah namanya Muezza. Kunon kucing ini juga ikut mengeong saat terdengar azan berkumandang. Populasi kucing menurut wikipedia sudah mencapai 500 juta ekor, dua kali lipat dari jumlah penduduk negara Indonesia. Bahkan, disalah satu pulau di Jepang yang  bernama pulau Aoshima, jumlah kucing lebih banyak daripada jumlah manusia yang hidup dipulau tersebut.

.
.
.

18 Agustus 2017
Dicatat dan diposting setelah jam kerja usai

Kamis, 17 Agustus 2017

Catatan Si Juru Foto


DISCLAIMER ; TULISAN INI BERSIFAT OPINI PRIBADI TANPA BERMAKSUD MENYINGGUNG PIHAK MANAPUN. APABILA ADA KESAMAAN TOKOH YANG TERTUANG DALAM TULISAN INI, MOHON DIMAAFKAN. KARENA MEMAAFKAN JAUH LEBIH BIJAK DARIPADA MEMINTA MAAF. 0x0

Semua orang mungkin ditakdirkan menjadi fotografer. Mungkin ya. Beberapa acara Nasional yang saya kunjungi sebagian orang secara misterius bertransformasi menjadi fotografer. Foto sana sini dengan latar belakang backdrop acara. Entah ini didasari oleh bakat terpendam dalam ilmu seni cahaya atau hanya sekedar narsis. Saya hanya berpikir seandainya antusias ini turut dibawa serta pada saat dimulainya acara. Bukannya malah sibuk posting di sosmed  sehingga makna acara gak sampai ke audiens. Yang terjadi adalah dunia maya bertaburan foto-foto selvie atau wifie dengan caption bertajuk acara  tersebut namun isi acara terlupakan. 

Beberapa generasi baby boomers yang belum paham teknis foto pun ikut-ikutan. Bedanya mereka meminta tolong kepada semua orang yang dilehernya tergantung kamera DSLR. Permintaan mereka pun tidak hanya sekedar tolong. Tapi minta dicapture dari berbagai angle yang nihil dari teori Jurnalistik. Malah ada yang langsung mengoreksi ditempat. "Kok muka saya gelap?" atau "Backdropnya gak jelas nih!". Saya hanya bisa mengelus dada dan kamera sambil berucap dalam hati. Sebenarnya wajah dan handphone Anda yang bermasalah. 

Sebagai penutup saya ingin bilang : setiap orang berhak untuk menunjukan eksistensinya melalui foto namun jangan melupakan makna atau konten acara yang ingin dihadiri ya. :) 

17 Agustus 2017
Dicatat ketika menghadiri acara disalah satu kawasan Ancol mendampingi TRIPOD.

Senin, 14 Agustus 2017

Perihal Bully


DISCLAIMER ; TULISAN INI BERSIFAT OPINI PRIBADI TANPA BERMAKSUD MENYINGGUNG PIHAK MANAPUN. APABILA ADA KESAMAAN TOKOH YANG TERTUANG DALAM TULISAN INI, MOHON DIMAAFKAN. KARENA MEMAAFKAN JAUH LEBIH BIJAK DARIPADA MEMINTA MAAF. 0x0

Lagi-lagi kita harus mengakui kebijakan dan kebijaksanaan para tetuah yang bisa mengelaborasi kata-kata dalam bentuk pepatah. Singkat tapi sarat makna. Salah satunya seperti ini, gajah dipelupuk mata gak nampak tapi kuman diseberang lautan tampak begitu jelas. Jika dihubungkan dengan perihal bully, kita atau bisa saya sebut para manusia terpelajar kekinian yang sering wara-wiri dunia sosmed begitu intens mengecam kegiatan bully ini.  Tidak manusiawilah. Kasarlah. Manusia rendah. Dan banyak bunyi yang bergaung menyatakan ketidaksetujuan tentang prilaku yang satu ini. Tapi sadar gak sadar, dalam porsi yang mungkin terbilang kecil, kita pun kadang melakukan bully. Maksud hati bercanda namun tersirat aksi bully. Dan ini sering loh kita lakukan tanpa terdeteksi oleh hati nurani kita. Misal di grup sosmed, ada kawan memosting sesuatu. Kawan lain tiba-tiba menimpali dengan statemen yang agak mengganggu. Kawan yang lain pun ikut nimbrung dan berujung pada memojokan sikawan yang posting pertama tadi. Situasinya mungkin dipenuhi rasa keakraban, ketawa-ketiwi, dan cengengesan. Tapi apa kita terketuk dalam sanubari kita bahwanya ini pun bully. Contoh lain : seorang stakeholder mengeluarkan kebijakan  'sesuatu' dengan alasan untuk rakyat bla bla bla.  Berita ini kemudian menjadi sorotan media dan para netizen mulai berkomentar. Ada yang setuju tapi lebih banyak yang menyindir. Kita yang mungkin tidak sepaham dengan kebijakan itu pun ikutan nimbrung dengan para netizen negatif ini. Mengeluarkan chit chat yang bersifat menyalahkan tanpa ada solusi yang ditawarkan. Bukankah ini juga kategori bully? Saya sendiri tidak sesuci 'orang suci' yang dalam bermedsos murni tanpa ada cela. Tidak. Saya pun masih dalam proses belajar untuk bisa bersikap lebih baik. Berproses untuk menjadi manusia yang tidak sekedar omong besar berucap TOLAK BULLY tapi juga sinergi dengan sikap dan tindakan tidak melakukan bully ke orang lain. Pada akhirnya ingat bicara orang tua. Memang agak terdengar kuno dimata anak kekinian tapi itulah yang terbaik. 

Cempaka Putih, 15 Agustus 2017

Senin, 17 Juli 2017

Tidak Pake Judul (Lagi)

Disclaimer
bagi pembaca blog ini (masih ada ya :P) mohon postingan kali ini disarankan untuk tidak dibaca. Secara konten postingan dibawah lebih cocok masuk kategori isi diary ketimbang dipublish di internet. Terima kasih.

Salah satu kebiasaan yang patut untuk dilaksanakan adalah menulis. Mungkin orang lain bahkan saya sendiri juga mulai bosan dengan perilakuku yang terkadang tidak konsisten dalam hal menulis. Blog yang dititip dipenampungan blogspot kurasa sudah dalam status busung lapar akibat kurang asupan posting. Harusnya departemen terkait sudah melakukan tindakan tegas untuk kasus penelantaran ini. Mumpung masih ada waktu, mumpung masih ada matahari, bagaimana kalau kota mencoba kembali menulis. Bukan tidak mungkin ini bisa jadi pintu rezeki baru untuk saya dan terutama untuk keluarga kecil saya. Bissmillahirrahmanirrahim.

Gambarnya gak nyambung. Asli dicapture pake hp sendiri. Menghindari budaya plagiat. 

Senin, 16 Januari 2017

Bae & Jae (1)

Berawal dari iseng yang didukung juga didukung oleh profesi akhirnya terciptalah komik strip Bae dan Jae. Mungkin namanya agak ke-korean-an, tapi sebenarnya jika ditelisik dari asal muasalnya dia berasal dari kampung halaman saya. Coba tengok percakapan dikampung, pasti sedikit-sedikit diberi imbuhan -e diakhir kalimat.
Makan dulu ee
Suka suka ku ee 
Yeah , begitulah suasananya. Kembali ke BJ. Bae diambil dari kata baik. Sehingga kelak karakternya akan didominasi oleh kebaikan, kelembutan, dan sejenisnya. Sedangkan Jae adalah oposisi dari Bae yang berarti Jahat. Karakter yang akan diselimuti oleh kejahatan, kemarahan, ketegasan. Ngernya juga dank.

Komik strip ini sebenarnya kalau kalian mau tahu, terinspirasi dari karya-karya Suara Rumput Liar. Tahu kah? Ituloh, para domba-domba lucu, imut, dan siap dikurbankan. Hehe. Iya, maka dari itu templatenya pun saya tiru dari sana. Pesan komik strip ini pun juga mengangat tema yang hampir mirip. Kritik sosial. Saya mungkin belum sebijak mas Acheng Watanabe (penggagas Suara Rumput Liar) tapi saya juga punya suara. Yang jika didiamkan berarti sebuah kekeliruan.

Oke,, let's check it out the chapter one of Bae & Jae.

Capter 01
Mungkin sekian yang bisa saya posting hari ini. Salam lapa-lapa.