Laman

Minggu, 13 Juli 2014

Perjalanan


 Bismillah . . .

perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
sayang engkau tak duduk di sampingku kawan
banyak cerita yang mestinya kau saksikan
di tanah kering bebatuan

tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
hati tergetar menapak kering rerumputan
perjalanan inipun seperti jadi saksi
gembala kecil menangis sedih

kawan coba dengar apa jawabnya
ketika ia ku tanya mengapa
bapak ibunya telah lama mati
ditelan bencana tanah ini

sesampainya di laut ku kabarkan semuanya
kepada karang, kepada ombak, kepada matahari
tetapi semua diam, tetapi semua bisu
tinggallah ku sendiri terpaku menatap langit

barangkali di sana ada jawabnya
mengapa di tanahku terjadi bencana

mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

kawan coba dengar apa jawabnya
ketika ia ku tanya mengapa
bapak ibunya telah lama mati
ditelan bencana tanah ini

sesampainya di laut ku kabarkan semuanya
kepada karang, kepada ombak, kepada matahari
tetapi semua diam, tetapi semua bisu
tinggallah ku sendiri terpaku menatap langit

barangkali di sana ada jawabnya
mengapa di tanahku terjadi bencana

mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

[Ebiet G. Ade|Berita kepada Kawan]

Hanya mau berucap, perjalanan [baca:trip] tidaklah seperti yang kamu bayangkan. Tidaklah sekonyong-konyong menghamburkan uang dengan sia-sia seperti yang kamu lontarkan tadi. Bukan pula untuk menghabiskan waktu diakhir pekan untuk berfoto-foto ria. Perjalanan yang kulalui berarti melihat kehidupan yang  ada di sekitar. Menghargai alam yang telah menampung kita sejak berjuta-juta tahun yang silam. Mencari arti hidup ini. Terkadang, bahkan, ada banyak begitu pelajaran yang berharga yang bisa kita pungut selama proses perjalanan itu. Kamu bisa merasakan kebesaran Tuhan dengan melihat jutaan bintang yang kau lihat saat berada di puncak bukit. Kamu juga bisa belajar mensyukuri hidupmu yang kau anggap 'kurang enak' dengan melakukan hunting bareng bersama anak-anak pemulung di TPA. Kamu pun akan surprise dengan realita hidup, dimana seorang bapak dengan mobil mewahnya terisak menyesali hidupnya, sementara anak-anak miskin yang tinggal di sekitaran penampungan sampah tertawa bahagia bermain dibawah tumpukan sampah. Dan masih banyak pelajaran yang bisa kamu ambil dari perjalanan yang kamu lakukan. 
[terinspirasi dari pengalaman Racingstar 2 bersama Makassar Backpacker]

#catatanblogtanggal 02/03/2013 08:07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komennya dulu ee...