TKP : Lakasa
Cave at Baubau City
TIM : Laode Aldiansyah (pribumi), Eko
(geologist) & Amin (turis lokal :P)
Akhirnya, kecoret
juga salah satu mimpi yang ada di kolom secamilanik. Yup, sesuai judulnya,
eksplorasi gua lakasa. Agak terlambat sebenarnya, mengingat usia saya yang
hampir mendekati seperempat abad, saya habiskan di bumi aspal ini, tapi baru
ditahun ini menyempatkan diri di gua yang terkenal akan kristal putihnya itu.
Gak salah juga sebenarnya, karena gua ini baru-baru (mungkin 5-6 tahun yang
lalu CMIIW) ditemukan & dipublikasikan
ke khalayak ramai sebagai salah satu objek wisata. Alkisah, penemunya
bernama bapak La Kasa, makanya gua ini diberi nama "Lakasa". Untungnya bukan saya yang temukan, karna agak
aneh jika namanya gua laamin atau gua lamadan atau gua laradil,, haha,, tidak
lucu.
Kami melakukan
eksplorasi dadakan, minggu lalu,
tepatnya hari Kamis, tanggal 9 Januari 2014. Start point, dirumah sodara
Eko yang ada di perintis (CMIIW)..
Berangkat ba'da dzuhur naik motor bebek. Saya boncengan dengan Eko &
saudara pribumi La Aldi bawa motor sendiri di depan,, secara dia guide kami hari itu. Untuk sampai ke TKP,,
tidak lah membutuhkan waktu yang lama, sekitar 15 menit. Cuma saat itu, kami
membawa motor dengan pelan sembari menikmati pemandangan sekitar dan angin
sepoi-sepoi. Sempat juga singgah di kios depan kampus terkenal di kota ini
untuk membeli beberapa batang lilin guna penerangan di dalam gua nanti. Sedikit
info mungkin, kampus yang saya ceritakan tadi letaknya berhadapan dengan
bandara Betoambari. Gua Lakasa terletak diantara bandara & pantai nirwana,,
pantai pasir putih di kota ini. Jadi, para turis seperti saya :P, dari bandara
bisa langsung ke objek wisata gua sekaligus ke pantai nirwana. Karna satu
jalur. Keren toh..;)
Setibanya di lokasi,
kami sempat shock gara-gara pagar depan yang menjadi pintu masuk kawasan di
ikat pake tali alias tutup. Pagarnya sih pendek, kami bisa saja lompat
menerobos masuk, tapi kami masih punya etika untuk menahan diri agar tidak
masuk sembarangan. Di kawasan ini kurang lebih 20 meter dari pintu masuk
berdiri sebuah pondok bambu kecil. Kunon kabarnya, si pengurus kawasan wisata
dalam hal ini bapak Lakasa, hidup dan tinggal di pondok itu. Kami pun
berteriak-teriak mengucapkan salam dengan harapan si bapak keluar dari pondok
dan mempersilahkan kami masuk. Sayangnya, tidak ada jawaban. Suasana tetap
hening. Ucapan salam kembali kami teriakan tapi hasilnya tetap nihil. Sempat
juga ingin menelepon Contact Person yang tertera di papan nama wisata Gua,
sayang tidak ada sinyal **3 disekitar lokasi, sementera tiga pemuda yang baik
hati dan ingin berpetualangan ini
menggunakan kartu yang sama, ya kartu **3. Akhirnya, dengan berat hati,
kami memutuskan untuk masuk saja [R.I.P
>> etika] berharap si bapak ada di pondoknya. Ternyata eh ternyata pintu
pondoknya tergembok alias si bapak lagi pergi keluar. Kerana (logat malaysia)
terlanjur masuk sarang singa,, kami memutuskan untuk lanjutkan proyek
eksplorasi Gua Lakasa tanpa seizin pihak yang berwenang.. I.LE.G.A.L…
Hahaha..*ketawa ala-ala penjahat
Letak gua dari
pondok sekitar 15 meter mungkin. Ada jalanan yang dibuat berupa tangga-tangga
menuju ke mulut gua. Menurut pengakuan pribumi, gua ini sudah direnovasi,
terlihat dari tangga buatan yang ada dimulut gua, juga lampu-lampu yang
dipasangi dari luar sampai dalam gua. Karena kami masuknya ilegal, otomatis
fasilitas lampu dalam keadaan padam alias tidak menyala. Kami harus sebisa
mungkin memanfaatkan secara bijak instrumen penerangan yang telah disiapkan
dari rumah. Ada senter kecil (bolehlah), senter korek gas (bisakah?), senter hp
nokia zaman ember (whatthefuck!!! ), dan beberapa lilin. Dengan peralatan
seadanya itu & ditambah semangat petualangan yang mengalir didalam darah,
kami memberanikan diri untuk masuk. Saya sendiri merapal doa dalam hati,
memohon pada Gusti Allah SWT, untuk melancarkan petualangan & melindungi
kami saat didalam kelak.
Namanya saja gua,
tentu saja medan didalamnya bisa membuat adrenalin berpacu dengan cepat. Secara
umum, saya bisa gambarkan kondisin didalam adanya itu ya, gelap pekat, medan
yang curam, sempit juga licin akibat hujan beberapa hari belakangan, Senter hp yang
saya pegang, tidak cukup membantu dalam gelapnya gua. Jarak pandang cuma satu
meter mungkin ditambah mata minus yang mendera kedua mataku. Untuknya sandal
yang saya pake, sandal gunung yang cukup bisa diandalkan dipijakan yang licin, karena salah pijak kita
bisa terperosok dalam lubang yang dipenuhi oleh stalagmit. Kepala pun harus
dijaga ekstra hati-hati, karena stalaktit yang memenuhi langit-langit gua yang
sempit, cukup tajam untuk menyobek batok kepala kita. Ngerihh.. Sempat senter
yang saya pegang jatuh, karena kedua tangan saya harus memegang erat tonjolan
batu saat berada di salah satu medan yang curam. Intinya,, cukup berat bagi
pemula seperti saya.
Namun semua
terbayarkan ketika tiba dilokasi batuan kristal.
Crystals everywhere,,
up, down, left, right, beside & behind is criystal..
Everywhere…
Batuan kristalnya
begitu banyak. Semua sudut gua dipenuhi oleh kristal yang mengkilap.
Langit-langit gua pun menyerupai gumpalan awan saking putihnya kristal disini.
Tanpa berlama-lama, sesi foto pun dimulai. Mulai dari yang cool sampai narsis,,
semua sudut gua diambil gambarnya.. Objek hidup yang ada pun harus diambil
gambarnya berulang-ulang, padahal tidak menarik, muka kucel,
tangan & kaki penuh dengan bercak tanah, & badan basah bersimbah
keringat.. Hahaha,, kapan lagi.. Sayangnya, geologist kita kurang mempersiapkan
kameranya dalam keadaan full baterai,, belum sepuluh menit si kamera sudah
sekarat & lowbed. Sudahlah,, sembari istrahat, kami melihat-lihat kristal
yang luar biasa cantik ini. Saya sendiri
tidak henti-hentinya ternganga, kagum, terpesona melihat ciptaan Tuhan yang
satu ini. It's so beautiful.
Namun dibalik
keindahah itu, ada beberapa hal yang patut saya sesalkan. Jika diperhatikan
dengan seksama, dibeberapa bagian dinding gua, terlihat bekas cungkilan
palu. Ada jug potongan-potongan kristal yang berserakan didasar gua. Semua
itu disebabkan oleh ulah tangan-tangan manusia jahil yang tidak bertanggung
jawab. Tak punya otak. Padahal, kata sang geologist, kristal ini termasuk jenis
langka, mungkin satu-satunya yang baru ditemukan (mungkin ada yang lain tapi
belum terekspos), & terbentuknya bukan sehari dua hari, bukan pula setahun
dua tahun, tapi ribuan bahkan jutaan tahun. Jadi, sudah selayaknya kita
generasi sekarang untuk menjaga kelestarian objek wisata kristal ini. Agar
kelak anak cucu kita bisa menikmatinya juga.
= Kalau bukan kita yang jaga, siapa lagi =
----------------------------------------------------------------------
Berikut sedikit dokumentasi dalam eksplorasi Gua Lakasa
Foto kristal yang diambil jarak dekat |
Medan yang ditempuh, stagtit & stalaktit dimana-mana |
Eko, geologist sekaligus tukang foto |
Laode Aldiansyah, pribumi yang jadi guide :P |
Amin, turis lokal, gak jelas apa dia bikin |
Langit-langit gua yang penuh dengan kristal |
Criystals everywhere,,,, |